BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Secara
umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat
untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama
bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah
mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun
dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi
diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal
khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur,
laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal
penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari
tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva
tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap
,berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi
perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud.Kami
disini sebagai penulis akan menyampaikan materi tentang aktiva tetap berwujud
yang dilihat dari segi perolehan,penggunaan,dan pemberhentian.
Adapun
yang berapa didalamnya meliputi pengertian aktiva tetap berwujud, pengeluaran
modal dan pendapatan, prinsip penilaian aktiva tetap, harga perolehan aktiva
tetap,cara-cara perolehan aktiva tetap, dan pemberhentian aktiva tetap.
Oleh
karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva
tetap berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang
terdapat di dalam aktiva tetap berwujud .
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud?
2. Apa
yang dimaksud dengan pengeluaran modal
dan pengeluaran pendapatan?
3. Apa
saja prinsip yang terdapat dalam penilaian aktiva tetap?
4. Bagaimana
cara menetukan harga perolehan aktiva tetap
berwujud?
5. Bagaimana
cara-cara memperoleh aktiva tetap?
6. Bagaimana
cara menghentikan pemakaian aktiva tetap berwujud?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian aktiva tetap berwujud sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
2. Mengetahui
tentang cara-cara perolehan aktiva tetap
3. Mengetahui
jenis-jenis dari aktiva tetap berwujud.
4. Mengetahui
penggolongan dari aktiva tetap bewujud
5. Mengetahui
secara umum tentang aktiva tetap berwujud
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva merupakan bentuk penanaman
modal perusahaan.Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan
atau jasa yang dimiliki oleh persahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan
tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan uang, dan diuraikan
berdasarkan lamanya waktu atau kepercayaanya berubah kembali menjadi uang kas.
Yang
di maksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah
relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka
waktu penggunaan ini dibatasi dengan”lebih dari satu periode akuntansi “.Jadi
aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dan dikelompokan
menjadi aktiva tetap berwujud.[1]
Aktiva
tetap digunakan dalam operasi reguler lebih dari dari satu tahun, dibeli dengan
tujuan untuk dijual kembali, yang termasuk dalam aktiva tetap diantaranya:
a. Tanah
(Land)
Tanah
yang dimiliki dalam opersai perusahaan.
b. Bangunan
atau gedung (Building)
Bangunan
yang dimiliki dan dipergunakan dalam aktivitas usaha.Perusahaan dapat memilikii
hanya satu bangunan untuk berbagai aktivitas atau memiliki beberapa bangunan
yang terpisah.
Misalnya : untuk produksi sendiri, untuk penjualan barang
sendiri, untuk kegiatan administrasi sendiri.
c.
Mesin-mesin (Marhinery)
Mesin-mesin dan alat perlengkapannya yang
dipergunkakan dalam mengolah bahan dasar menjadi barang jadi (proses pembuatan
barang).
d. Perabot
dan peralatan kantor (Office Furniture and Fixtures)
Kursi,
meja dan bangku, mesin-mesin kantor seperti mesin hitung, mesin pembukuan,
kalkulator, mesin untuk memproses data, mesin ketil yang diperluka dalam
operasi umum perusahaan.Perabot dan peralatan ini tidak secara langsung
dipergunkan dalam rangka penjualan barang.
e. Perabot
dan peralatan toko (store furniture and fixtures)
Registrasi
kas, meja tempat membayar, alat ukur,
rak barang, etalase, dan perabot seta peralatan lain yang digunakan dalam
penjualan barang.
f. Alat
pengangkutan (delivery Equipment)
Semua
alat atau kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan untuk pengangkutan barang
yang dibeli dan kemudian dijual seperti truk, traktor, pick up, gerobak, dan
lain sebagainya.
g. Sumber-sumber
alam (Natural resources)
Misalnya
tambang batubara, hutan kayu, kebun buah-buahan.[2]
Aktiva tetap berwujud
yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah,
bangunan, mesin-mesin, alat-alat, kendaran yang sudah dijelaskan diatas.Dari
macam-macam aktiva tetap berwujud diatas untuk yujuan akuntansi dilakukan
pengelompokan sebagai berikut :
1. Aktiva
tetap yang umurnya tidak terbatas
Misalnya : tanah untuk letak perusahaan , pertanian, dan
pertenakan.
2. Aktiva
tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa
diganti dengan aktiva yang sejenis.
Misalnya :
bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan, dan lain-lain.
3.
Aktiva tetap
yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaanya tidak dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis
Misalnya :
sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
Aktiva
tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusuta terhadap harga
perolehannya, sedangkan aktiva yang terbatas umurnya dilakukan penyusuta harga
perolehannya, aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis
penyusutannya disebut depresiasi sedangkan penyusutan sumber alam disebut
deplesi.
B. Pengeluaran Modal dan Pendapatan
Perlakuan akuntansi terhadap
pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva
tetap dapat di bagi menjadi dua diantaranya sebagai berikut :
a.
Pengeluaran
modal (Capital Expenditures)
Adalah
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan
lebih dari satu periode akutansi.Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat
dalam rekening aktiva (dikapitalisme)
b.
Pengeluaran
pendapatan(Revenue Ex penditures)
Adalah
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan
dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu
pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat kedalam rekening biaya.
Jadi dasar pertmbangan dalam pencatatan
pengeluaran-pengeluaran untuuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat
pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu
periode akuntansi.Selain pertimbangan masa manfaat, kadang-kadang untuk alasan
kepratisan, dilakukan penyimpangan,yaitu apabila :
a.
Jumlah
pengeluaran itu relatif kecil
b.
Manfaat dimasa
yang akan datang tidak begitu berarti
c.
Sulit untuk
mengukur manfaat dimasa yang akan datang Maka pengeluaran-pengeluaran
dikelompokan dalam pengeluaran pendapatan.
Sering juga pimpinan perusahaan
memutuskan bahwa pengeluaran–pengeluaran sampai jumlah tertentu dianggap
sebagai pengeluaran penghasilan, dan pengeluaran-pengeluaran diatas jumlah
tertentu tersebut akan dikelompokan sebagai pengeluaran modal apabila
pengeluaran tersebut jelas-jelas memberikan manfaat untuk periode-periode yang
akan datang.
C. Prinsip Penilaian Aktiva Tetap Berwujud
Adapun
prinsip dalam hubungannya dengan penilaian aktiva tetap berwujud, PSAK No 16
Menyatankan suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
suatu aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap, pada awalnya diukur
berdasarkan biaya perolehan.
Adapun yang dimaksud dengan biaya
(perolehan) aktiva tetap adalah jumlah kas atau setara yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat
perolehan atau kontruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk digunakan.Sesudah aktiva tetap itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka aktiva yang
umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar harga
perolehannya.Sedang untuk aktiva yang umurnay terbatas dicantukan dalam neraca
sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi depresiasi/deplesi.Harga
perolehan dikurangi akumulasi depresiasi/deplesi disebut nilai buku.
D.
Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku
prinsip yang menyatakan bahwa semua pengaluaran yang terjadi sejak pembelian
sampai aktiva itu siap dipakai untuk dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu
macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini.
a.
Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya
perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan
dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasijangka panjang.
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti (a) harga beli,
(b)komisi pembelian, (c) bea balik nama, (d) biaya penelitian tanah,
(e)iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai, (f) biaya merobohkan
bangunan lama, (g) biaya peralatan tanah, penbersihan dan pembagian, (h)
pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah. Biaya-biaya
yang tidak dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah tetapi mempunyai umur
yang terbatastidak dikapitalisasi dalam rekening tanah tetapi dicatat sendiri
dalam rekening jalan-jalan dan jembatan. Biaya-biaya seperti itu misalnya biaya
untuk membuat jalan, trotoar dan saluran air. Jika tanah dimiliki untuk tujuan
investasi, maka semua biaya yang timbuldalam hubungannya dengan tanah tersebut
selama masa pemilikan dikapitalisasi menambah haga perolehan tanah.
Khusus untuk perseroan terbatas (PT) tanah yang dimiliki tidak
merupakan hak milik, tetapi berupa “hak atas tanah” yang umumnya terbatas. Oleh
karena itu hak atas tanah ini disusutkan selama umurnya. Hak atas tanah ini dicantumkan
kedalam kelompok aktiva tetap tidak berwujud.
b.
Bangunan
Gedung
yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah
dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebaai harga perolehan gedung adalah (a)
harga beli, (b) biaya perbaikan sebelum gedung itu dipakai, (c) komisi
pembelian, (d) bea balik nama, (e) pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli
pada waktu pembelian. Apabila gedung dibuat sendiri maka harga perolehan gedung
terdiri dari (a)biaya-biaya penbuata gedung, (b) biaya perencanaan, gambar dan
lain-lain, (c) biaya pengurusan izin bangunan, (d) pajak-pajak selama masa
pembangunan gedung, (e) bunga selma masa pembuatan gedung, (f) asuransi selama
masa pembangunan. Alat-alat perlengkapan gedung seperti tangga berjalan, lift,
dan lain-lain dicatat tersendiri dalam rekening alat-alat gedung dan akan
didepresiasi selama umur alat-alat tersebut .
c.
Mesin
dan alat-alat
Yang merupakan harga perolehan mesin
dan alat-alat adalah (a) harga beli, (b) pajak-pajak yang menjadi beban
pembeli, (c) biaya angkut, (d) asuransi selama dalam perjalanan, (e) biaya
pemasangan, (f) biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin.
Apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua
biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa dari pihak lain,
biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya pada periode
terjadinya.
d.
Alat-alat
kerja
Alat-alay kerja yang dimiliki bisa
berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul
besi dan lain-lain. karena harga perolehannya relatif kecil maka biasanya
alat-alat ino tidak didepresiasi tetapi diperlakukan sebagai berikut:
1.
Pada
waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian setiap ahir periode dihitung fisiknya,
selisihnya dicatat sebagai biaya untuk biaya untk periode itu dan rekening
alat-alatkerja dikredit, atau
2.
Dikapitalisasi
sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal,
kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya.
e.
Pattern
dan dies/ cetakan=cetakan
Cetakan-cetakan
yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening
aktiva tetap dan depresiasi selama umur ekonomisnya. Tetapi jika cetakan itu
dipakai hanya untuk memproduksi pesanan khusus, maka harga perolehannya
dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.
f.
Perabot
(Mebelair) dan alat-alat kantor
Dalam judul perabot termasuk
elemen-elemen seperti meja, kursi, lemari, sedang dlam judul alat-alat kantor
termasuk mesin tik, mesin hitung dan lain-lain. pembelian atau pembuatan
alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjualan
dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan sebagai masing-masing
fungsi tersebut. Yang termasuk dalam
harga perolehan perabot atau alat-alat kantor adalah harga beli, biaya angkut
dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
g.
Kendaraan
Seperi halnya perbot, maka kendaraan
yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda. Yang
termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik nama dan
biaya angkut. Pajak-pajak yang dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan
bermotor, jasa raharja, dan lain-lain. dibebankan sebagai biaya periode yang
bersangkutan. Harga perolehan kendaraan ini didepresiasi selama masa
kegunaannya.
h.
Tempat
Barang Yang Dapat Dikembalikan (returnable container)
Yang
termasuk dalam returnable container adalah barang-barang yang dipakai ebagai
tempat dari produk yang dijual seperti botol, drum, tangki dan lain-lain.
barang-barang tersebut merupakan aktiva perusahaan dan akan tersusut selama umur kegunaannya.
Apabila tempat barang itu bisa dikembalikan maka harga jual tidak termasuk
harga tempat barang tersebut. Berikut ini contoh mengenai pencatatan yempt
barang.
Misalnya pabrik minuman x menjual
minuman sebanyak 1.000 botol dengan harga jual per botol Rp.100,00. Uang
tanggungan botol sebesar Rp 500,00 perbotol. Jurnal untuk mencatat penjualan
tersebut sebagai berikut:
piutang
Rp
75.000,00
penjualan Rp
50.000,00
cadangan
tempat barang 25.000,00
perhitungan:
Harga
jual : Rp 100,00 x 1.000 =Rp100.000,00
Tanggungan botol : Rp
50,00 x 1.000 = 50.000,00
Rp150.000,00
Dalam hal penjualan dengan tunai
maka uang tanggungan yang diterima dikreditkan ke rekening uang tanggunga
botol. Pengembalian botol-botol tersebut keperusahaan dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:
Cadangan
tempat barang Rp 50.000,00
Piutang
(kas) Rp
50.000,00
Apabila tempat barang tidak
dikembalikan maka uang tanggunganbotol ini menjadi milik perusahaan. Bila
pembeli belum membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus melunasinya.
Uang tanggungan botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga
perolehan botol atau mungkin lebh besar.
Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp50,00 per botol, jika pembeli
tidak mengembalikan botol dalam contoh diatas, maka jurnal yang dibuat sebagai
berikut:
Kas Rp50.000,00
piutang Rp50.00,00
jurnal diatas dibuat dalam hal
pembeli belum membayar uang tanggungan botol pada saat membeli minuman. Jika
uang tanggungan botol sudah dibayar maka jurnal diatas tidak perlu dibuat.
Tempat barang (botol) yang tidak
dikembalikan dihapuskan dari rekening tempat barang dengan jurnal sebagai
berikut:
cadangan tempat barang Rp50.000,00
(uang tanggungan botol)
Tempat barang Rp50.000,00
Contoh berikutnya, misalnya harga
perolehan tempat barang sebesar Rp40,00 per botol. Karena uang tanggungan yang
dibebankan pada pembeli sebesar Rp50,00 per botol, maka jika ada pembeli yang
tidak mengembalikan botol, perusahaan akan mendapat keuntungan Rp10,00 per
botol. Jurnal untuk mencatat tempat barang tidak dikembalikan sebagai berikut:
Kas Rp50.000,00
piutang Rp50.00,00
jika uang tanggunga botol sudah dibayar
pada waktu penjualan maka jurnal diatas tidk ada. Penghapusan botol yang tidak
dikembalikan dibuat dengan jurnal sebagai berikut:
cadangan tempat barang Rp50.000,00
(uang tanggungan botol)
Tempat barang Rp40.000,00
Laba tempat
barang
10.000,00
Pada tanggal neraca, saldo rekening
cadangan tempat barang dilaporkan mengurangi piutang, seperti sacadangan
kerugian piutang. Sedang rekening uang tanggungan botol merupakan utang jangka
pendek.[3]
E. Cara-Cara Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana
masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.
Berikut ini akan dibicarakan masin-masing perolehan.
a. Perolehan
tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh
dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah besar uang yag
dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
termasuk haga faktur dan semu biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut
siap untuk dipakai, seperti biaya angkut premi asuransi dalam perjalanan ,
biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya
diatas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam
pembelian aktiva tetap ada potongan tunai tersebut merupakan pengurangan
terhadan faktur, tidak memandng apakah potongan itu didapat atau tidak. Jurnl
untuk membeli aktiva tetap, misalnya tanah, adalah :
Tanah Rpxx Kas
Rpxx
b. Pembelian
secara lumpsum/ gabungan
Apabila
dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga
perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK
No.16
·
Harga perolehan
dari setiap aktiv yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalikasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang
bersangkutan.
Misalnya dalam pembelian gedung beserta
tanahnya maka harga perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah. Dasar
alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar relatif
masing-masing aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, dicari harga
pasar tanah dan hrga pasar gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan
dan menjadidasar harga perolehan.apabila harga pasar menggunakan dasar surat
bukti penbayaran pajak (misalnya pajak bumi dan bangunan).jika tidak ada dasar
yang digunakan untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya didasarkan
padaputusan pimpinan perusahaan.[4]
Contoh:
PT Risa Fadila membeli aktiva tetap
dari sebuah perusahaan dalam proses likuiditas. Aktiva tetap yang dibeli tediri
dari tanah, bangunan dan mesin-mesin. Pembelian dilakukan secara paket (lumpsum)
dengan harga Rp.80.000.000,00. Harga pasar setiap aktiva etap itu
diketahuisebagai berikut :
Gedung :
Rp25.000.000,00
Tanah : 50.000.000,00
Mesin : 25.000.000,00
Harga setiap aktiva
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Gedung Rp.
25.000.000,00 x Rp
80.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Rp.100.000.000,00
Tanah Rp. 50.000.000,00 x Rp 80.000.000,00 = Rp 40.000.000,00
Rp.100.000.000,00
Mesin Rp 25.000.000,00 x Rp 80.000.000,00 =Rp 20.000.000,00
Rp.100.000.000,00
Jurnal untuk mencatat
transksi di atas adalah:
Gedung Rp
20.000.000,00
Tanah 40.000.000,00
Mesin 20.000.000,00
Kas Rp80.000.000,00
F.
Pemberhentian Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaianya dengan cara di jual,
ditukarkan ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari
pemakaian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut
dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan
nilai buku atau nilai residu catat sebagai laba atau rugi.
Misal mesin yang dibeli pada tanggal 1 februari 2005 dengan harga
Rp 3.200.000,00 pada tanggal 1 juli 2009 dijual dengan harga Rp 650.000,00.
Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis
lurus, taksiran nilai residu Rp 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 juli
2009 di catat dengan jurnal sebagai berikut[5]:
Depresiasi mesin Rp300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp300.000,00
Depresiasi 6 bulan:
6/12 x 1/5
x Rp(3200.000,00-200.000,00) = Rp3000.000,00
Kas Rp650.000,00
Akumulasi depresiasi mesin 2.600.000,00
Mesin Rp3200.000,00
Laba penjualan mesin 100.000,00
Perhitungan:
Harga jual
Rp650.000,00
Nilai buku mesin:
Harga perolehan Rp3200.000,00
Akumulasi depresiasi:
2005: 11 bulan = Rp550.000,00
2006: 12 bulan = Rp600.000,00
2007: 12 bulan = Rp600.000,00
2008: 12 bulan = Rp600.000,00
2009: 6 bulan = Rp300.000,00
Rp2650.000,00
Rp550.000,00
Laba penjualan kativa tetap Rp100.000,00
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Yang
di maksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah
relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka
waktu penggunaan ini dibatasi dengan”lebih dari satu periode akuntansi “.Jadi
aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dan dikelompokan
menjadi aktiva tetap berwujud.
Pengeluaran modal (Capital
Expenditures) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat
yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi.Pengeluaran-pengeluaran
seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisme). Sedangkan pengeluaran
pendapatan(Revenue Ex penditures) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk
memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang
bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat
kedalam rekening biaya.
Adapun prinsip dalam hubungannya
dengan penilaian aktiva tetap berwujud, PSAK No 16 Menyatankan suatu benda
berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan
dikelompokan sebagai aktiva tetap, pada awalnya diukur berdasarkan biaya
perolehan.
Untuk
menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang
menyatakan bahwa semua pengaluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva
itu siap dipakai untuk dikapitalisasi.
Aktiva
tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan
akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaianya dengan cara di jual,
ditukarkan ataupun karena rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan,zaki.
2008. intermediate accounting, (Yogyakarta: BPFE.yogyakarta)
Jumingan. 2006. analiisis laporan keuangan.
(jakarta : PT bumi aksara)
[1] Zaki
baridwan, intermediate accounting, (Yogyakarta: BPFE.YOGYAKARTA
2008),hl.271
[2]
Jumingan, analiisis laporan keuangan, (jakarta : PT bumi aksara, 2006),
hl.19
[3] Zaki
baridwan, intermediate accounting, (Yogyakarta: BPFE.YOGYAKARTA 2008),
hl.274-278
[4] Zaki
baridwan, intermediate accounting, (Yogyakarta: BPFE.YOGYAKARTA
2008),hl.273-279
[5] Ibid,,
291-292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar